Trip To Banyuwangi

4/29/2015 To Live, To Travel 0 Comments


Trip ini dimulai dari kota Jember.. Dari Jember, banyuwangi dapat ditempuh menggunakan kereta Api dengan lama perjalanan hanya kurang lebih 3jam. Harga tiket yang ditawarkan juga cukup murah yaitu Rp.50.000,- (harga per bulan maret 2015)

Tujuan saya kali ini adalah Kawah Ijen, dan Green Bay (Teluk Hijau).Untuk mencapai ijen, kami memilih berhenti distasiun Karang Asem. Setelah sampai dikarang asem, kami pun menghubungi seseorang yang sudah kami hubungi sebelumnya, Helmi namanya. Untuk penginapan, kami memesannya ke Helmi.. Dengan tarif perkamar paling mahal Rp. 125.000 . Fasilitas yang kami dapat kan adalah kamar dan kipas angin. Kami juga merental sepeda motor dari mas Helmi. Tarif penyewaan motor perhari adalah Rp.75.000.

Kami berangkat dari Jember pukul 12.00 dan sampai di Karang Asem sekitar jam 15.00 . Sesuai estimasi, perjalanan menggunakan kereta api ditempuh dengan waktu 3Jam. Setelah bertemu dengan helmi, dan melihat kamar yang akan kami tempati, selanjutnya kami bergegas mandi dan keluar mencari makan.

    Ditengah perjalanan mencari makan, kami melihat sekerumunan orang yang sedang antri untuk membeli makanan. Didepan gerobak sederhana yang dipenuhi antrian tersebut terpasang spanduk yang bertuliskan 'Nasi Tempong Mak Ndut' . Kami pun memutuskan untuk memilih nasi Tempong segabai makan malam kami. Nasi Tempong adalah nasi khas Banyuwangi yang berisikan beberapa macam sayuran yang di rebus, tahu & tempe goreng, ikan asin, pergedel jagung, lauk pilihan, dan tentunya sambal pedas yang merupakan pelopor nama nasi tempong ini, Disebut nasi Tempong karena sambal pedasnya membuat kita berasa di Tempong (tampar/pukul). Harganya juga relatif murah. Untuk mendapatkan 2 porsi nasi dengan pilihan lauk 'Dendeng ikan' dan telur mata sapi, kami hanya perlu merogoh kantong sebesar Rp. 18.000 .

        Setelah selesai makan malam, kami langsung bergegas ke Alun-alun kota Banyuwangi. Beruntungnya kami, kami bisa melihat festival buah Nusantara yang sedang digelar di Alun-alun tersebut, Festifal yang sangat bagus untuk mengajak masyarakat mengkonsumi buah Nusantara, Karena buah lokal tidak kalah dengan buah-buah dari luar negri.

                                    

    Mengingat sudah jam 8 malam, kami pun kembali ke penginapan dan memutuskan untuk tidur lebih awal karena kami akan naik ke Kawah Ijen pada pukul 12 malam.
Tidur/ istirahat yang cukup sangatlah penitng sebelum mendaki ke Kawah Ijen.
Pada pukul 12 malam, kami pun sudah bersiap untuk naik ke Kawah Ijen. Sebelum sampai ke kawah, kita harus registrasi terlebih dahulu di Pos Pal Tuding. Untuk mencapai pos Pal Tuding, kami menggunakan motor dan perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih 2jam perjalanan. Beruntungnya lagi, kami tidak sendirian.. Kami mendapatkan teman (rombongan lain) untuk berangkat sama-sama dari penginapan.

Jangan lupa, gunakan kaos kaki, celana yang tebal, jaket tebal, kupluk, dan bawalah masker. Sesampainya di Pal Tuding sekitar jam 2.00 pagi, kami membayar karcis masuk dan biaya parkir kendaraan bermotor. Harga karcis untuk masuk ke pendakian Ijen relatif murah, sekitar Rp. 10.000 untuk wisatawan lokal.

Pendakian pun dimulai, tidak ada pemandangan apapun yang bisa kita lihat sebelum pada akhirnya kita sampai di kawah Ijen. Butuh kesabaran dan kekuatan ekstra untuk mencapai kawah, karena jalannya yang jarang sekali landai, dan banyak bebatuan. Setelah lelah berjalan, sampailah kami di kawah ijen. Berhubung masih gelap, kami pun menemukan keberuntungan kami lainnya, BLUE FIRE. Kondisi kawah memang kurang bagus, tapi kami tetap bisa melihat BLUE FIRE yang katanya hanya ada 2 di dunia (Yap, slaah satunya di kawah ijen). Sebagian orang mendekati lokasi blue fire tersebut tapi kami tidak mau mengambil resiko, dan tetap berada sekitar 100m dari blue fire tersebut.

Perlahan pagi matahari pun datang, dan kita bisa melihat Kawah dengan sangat jelas, seperti yang biasa kita lihat dari pesawat udara yang melintasi kawah ini. Sungguh luar biasa karya Tuhan.
Kami pun terkesima melihat indahnya kawah ijen yang perlahan mulai jelas terlihat dan sesekali tertutup oleh asap sulfurnya. Selama perjalanan menuju ke Ijen dan kembali ke Pal Tuding kita aka menemukan banyak sekali para penambang sulfur yang kuat, tidak kenal lelah, dan pantang menyerah mengarungi tebing-tebing dan jalan yang menanjak untuk mendapatkan sulfur demi menafkahi keluarga mereka. Terkadang mereka menjual sulfur yang sudah dicetak berbagai betuk kecil dengan harga Rp. 5.000. Sangat tidak ada salahnya jika kita membantu mereka. Bukan dengan cara ikut memikul sulfur, tapi belilah sulfur yang telah dicetak tersebut. Jika anda membelinya dengan niat membantu, walaupun anda tidak membutuhkan itu, percaya, Tuhan yang akan menggantikan uang anda lebih dari nilai yang anda pakai untuk membeli dagangan mereka :)

Blue Fire!



Penambang sulfur yang sehari-harinya membawa kurang lebih 80-100kg dalam sekali angkut!


Ketika kamu mendaki gunung, buang semua ego mu, buang semua kesombongan mu. Dan coba sejenak merenungkan semua berkat Tuhan yang belum sempat kita syukuri, betapa luar biasanya karya Tuhan. Dan pulanglah dengan kerendahan hatimu :)

Salam !!
Traveler.




0 komentar:

Trip to Jember Pantai Papuma

4/22/2015 To Live, To Travel 0 Comments

    Setelah lama tidak menulis, akhirnya saya kembali lagi dengan keinginan berbagi pengalaman backpack melalui tulisan ini.

    Kota yang akan saya bahas kali ini adalah kota yang berada di Timur Jawa yaitu Jember.
Mungkin belum banyak yang tau tentang kota mungil ini, dan juga belum tau keindahan-keindahan yang dimiliki kota nan ramah ini.

    Saya adalah seorang 'kuli' di IT dan bekerja di Jakarta, perjalanan ke Jember itu diawali oleh Ijazah yang harus diambil di Jember. Sebelum berangkat ke Jember, saya terlebih dahulu mencari referensi tempat-tempat yg bagus di Jember dan juga memesan tiket Kereta tentunya.
Sebenarnya Jember bisa dijangkau dengan pesawat, tapi karena budget yg minim dan ala 'bakcpack' , maka dari itu saya memutuskan menggunakan kereta.

    Kali ini saya memilih menggunakan kereta dengan pilihan trip JKT - JOGJA , JOGJA-JEMBER. 
Untuk harga tiket JKT-JOGJA saya dapat dengan harga Rp.50.000 (bulan pembelian : maret 2015) dibeli online dan bearangkat dari stasiun Pasar Senen.
Sesampainya di Jogja, kami sarapan dan menunggu sekitar 1 jam 45 menit untuk melanjutkan perjalanan ke Jember menggunakan kereta api Logawa dengan harga tiket Rp.50.000 saja. JKT-JOGJA memakan waktu kurang lebih 8 jam, sedangkan perjalanan JOGJA-JEMBER memakan waktu kurang lebih 10 jam.
Yap, saya membutuhkan waktu hampir satu hari untuk sampai ke Jember.

    Sesampainya di stasiun Jember pada pukul 18.45 , kita akan di sambut meriah dengan kehadiran para tukang ojek dan tukang becak. Tapi, karena sebelumnya kami sudah mencari referensi tempat menginap,dll, maka kami memutuskan menuju penginapan dengan berjalan kaki menyusuri daerah sekitar stasiun.

    Tidak jauh dari stasiun, kita bisa menemukan beberapa hotel. Kali ini kami memilih hotel Nusantara yang tidak terlalu mahal dan lokasinya sangat strategis. Untuk harga paling mahal di hotel ini hanya di bandrol dengan harga Rp.85.000 bisamuat untuk 2 orang (kalau mau sempit-sempitan bisa 3 orang :D )
    Berhubung kami tiba di Jember pada malam hari, dan perut sudah tidak bisa kompromi, akhirnya kami memutuskan untuk menikmati kota Jember di hari pertama dengan berkeliling alun-alun. Letak alun-alun ini hanya sekitar 7 menit dari hotel tempat kami bermalam. Di sebuah sudut jalan dekat alun-alun, kita bisa menemukan berbagai macam makanan dan hiburan untuk anak-anak seperti odong-odong dan mancing 'ikan' plastik. Buat yg suka makan mungkin anda bisa mencoba 'sate bekicot'. :D

    Esok harinya, kami langsung menuju ke Bank dan mengurus Ijazah yang menjadi tujuan kami menyambangi kota ini. Setelah semua urusan selesai kami membuat kesepakatan untuk mengunjungi Watu Ulo dan Pantai Papuma (Pasir Putih Malican). Agak sedikit mahal untuk bisa sampai ketempat ini karena angkot yang sangat jarang atau bisa dibilang tidak ada.

    Untuk mencapai tempat tersebut, kami menggunakan angkot / oplet yang di sebut LIN dari alun-alun ke terminal Tawang Alun, untung biaya angkot nya sekitar Rp.10.000. Di Tawang Alun, kami ditawari untuk menggunakan jasa ojek. Harga yang kami sepakati untuk ojek ini pun terbilang agak sedikit mahal, yaitu Rp. 150.000 (PP dari tawang alun, watu ulo,papuma, dan kembali ke penginapan). Untuk tiket masuknya sendiri, ke Watu Ulo anda harus membayar Rp. 7.500 sedangkan Papuma, anda harus membayar Rp. 15.000.

    Saran saya, sebaiknya anda mengunjungi Watu Ulo terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan Pantai Pamuma. Sepanjang jalan dari Watu Ulo ke Papuma dilalui dengan tracking menanjak, karena Papuma ada sebuah pantai di balik Gunung/Bukit.
Untuk yang lapar, tidak usah khawatir. Dan untuk yang capek, tidak usah panik :p
Anda bisa memesan nasi pecel (biar hemat) dan sambil beristirahat di pendopo yang disediakan oleh para pedagang.
Pantai Papuma



Nasi Pecel 
Mengangkat Perahu ke Pinggir Pantai






Rician Cost :

Tanggal Jam  Kegiatan Cost Note
28-Mar 22:00 SENEN - LEMPUYANGAN 61 Kereta Api
29-Mar 7:00 Sampai di Jogja
Sarapan soto 10
8:45 LEMPUYANGAN - JEMBER 53
18:45 Sampai d Jember
19:00 Penginapan 170 85/night
Makan Malam 20
30-Mar 10:00 Angkot dari Alun alun ke Tawang Alung 10
Ojek dari Tawang Alun ke Papuma 150 PP
Tiket masuk Watu Ulo 7,5
Tiekt masuk Papuma 15
Nasi pecel 12
31-Mar Becak ke Lumintu 20 Bisa naik angkot
dari Alun-alun
jurusan Tawang Alun
Nasi Gudeg Lumintu 15
Kembali ke penginapan 5 angkot ke arah
 alun-alun
12:51 Berangkat ke Karang Asem (Banyuwangi) 50
Total 591

0 komentar: