Trip To Banyuwangi
Trip ini dimulai dari kota Jember.. Dari Jember, banyuwangi dapat ditempuh menggunakan kereta Api dengan lama perjalanan hanya kurang lebih 3jam. Harga tiket yang ditawarkan juga cukup murah yaitu Rp.50.000,- (harga per bulan maret 2015)
Tujuan saya kali ini adalah Kawah Ijen, dan Green Bay (Teluk Hijau).Untuk mencapai ijen, kami memilih berhenti distasiun Karang Asem. Setelah sampai dikarang asem, kami pun menghubungi seseorang yang sudah kami hubungi sebelumnya, Helmi namanya. Untuk penginapan, kami memesannya ke Helmi.. Dengan tarif perkamar paling mahal Rp. 125.000 . Fasilitas yang kami dapat kan adalah kamar dan kipas angin. Kami juga merental sepeda motor dari mas Helmi. Tarif penyewaan motor perhari adalah Rp.75.000.
Kami berangkat dari Jember pukul 12.00 dan sampai di Karang Asem sekitar jam 15.00 . Sesuai estimasi, perjalanan menggunakan kereta api ditempuh dengan waktu 3Jam. Setelah bertemu dengan helmi, dan melihat kamar yang akan kami tempati, selanjutnya kami bergegas mandi dan keluar mencari makan.
Ditengah perjalanan mencari makan, kami melihat sekerumunan orang yang sedang antri untuk membeli makanan. Didepan gerobak sederhana yang dipenuhi antrian tersebut terpasang spanduk yang bertuliskan 'Nasi Tempong Mak Ndut' . Kami pun memutuskan untuk memilih nasi Tempong segabai makan malam kami. Nasi Tempong adalah nasi khas Banyuwangi yang berisikan beberapa macam sayuran yang di rebus, tahu & tempe goreng, ikan asin, pergedel jagung, lauk pilihan, dan tentunya sambal pedas yang merupakan pelopor nama nasi tempong ini, Disebut nasi Tempong karena sambal pedasnya membuat kita berasa di Tempong (tampar/pukul). Harganya juga relatif murah. Untuk mendapatkan 2 porsi nasi dengan pilihan lauk 'Dendeng ikan' dan telur mata sapi, kami hanya perlu merogoh kantong sebesar Rp. 18.000 .
Setelah selesai makan malam, kami langsung bergegas ke Alun-alun kota Banyuwangi. Beruntungnya kami, kami bisa melihat festival buah Nusantara yang sedang digelar di Alun-alun tersebut, Festifal yang sangat bagus untuk mengajak masyarakat mengkonsumi buah Nusantara, Karena buah lokal tidak kalah dengan buah-buah dari luar negri.
Mengingat sudah jam 8 malam, kami pun kembali ke penginapan dan memutuskan untuk tidur lebih awal karena kami akan naik ke Kawah Ijen pada pukul 12 malam.
Tidur/ istirahat yang cukup sangatlah penitng sebelum mendaki ke Kawah Ijen.
Pada pukul 12 malam, kami pun sudah bersiap untuk naik ke Kawah Ijen. Sebelum sampai ke kawah, kita harus registrasi terlebih dahulu di Pos Pal Tuding. Untuk mencapai pos Pal Tuding, kami menggunakan motor dan perjalanan membutuhkan waktu kurang lebih 2jam perjalanan. Beruntungnya lagi, kami tidak sendirian.. Kami mendapatkan teman (rombongan lain) untuk berangkat sama-sama dari penginapan.
Jangan lupa, gunakan kaos kaki, celana yang tebal, jaket tebal, kupluk, dan bawalah masker. Sesampainya di Pal Tuding sekitar jam 2.00 pagi, kami membayar karcis masuk dan biaya parkir kendaraan bermotor. Harga karcis untuk masuk ke pendakian Ijen relatif murah, sekitar Rp. 10.000 untuk wisatawan lokal.
Pendakian pun dimulai, tidak ada pemandangan apapun yang bisa kita lihat sebelum pada akhirnya kita sampai di kawah Ijen. Butuh kesabaran dan kekuatan ekstra untuk mencapai kawah, karena jalannya yang jarang sekali landai, dan banyak bebatuan. Setelah lelah berjalan, sampailah kami di kawah ijen. Berhubung masih gelap, kami pun menemukan keberuntungan kami lainnya, BLUE FIRE. Kondisi kawah memang kurang bagus, tapi kami tetap bisa melihat BLUE FIRE yang katanya hanya ada 2 di dunia (Yap, slaah satunya di kawah ijen). Sebagian orang mendekati lokasi blue fire tersebut tapi kami tidak mau mengambil resiko, dan tetap berada sekitar 100m dari blue fire tersebut.
Perlahan pagi matahari pun datang, dan kita bisa melihat Kawah dengan sangat jelas, seperti yang biasa kita lihat dari pesawat udara yang melintasi kawah ini. Sungguh luar biasa karya Tuhan.
Kami pun terkesima melihat indahnya kawah ijen yang perlahan mulai jelas terlihat dan sesekali tertutup oleh asap sulfurnya. Selama perjalanan menuju ke Ijen dan kembali ke Pal Tuding kita aka menemukan banyak sekali para penambang sulfur yang kuat, tidak kenal lelah, dan pantang menyerah mengarungi tebing-tebing dan jalan yang menanjak untuk mendapatkan sulfur demi menafkahi keluarga mereka. Terkadang mereka menjual sulfur yang sudah dicetak berbagai betuk kecil dengan harga Rp. 5.000. Sangat tidak ada salahnya jika kita membantu mereka. Bukan dengan cara ikut memikul sulfur, tapi belilah sulfur yang telah dicetak tersebut. Jika anda membelinya dengan niat membantu, walaupun anda tidak membutuhkan itu, percaya, Tuhan yang akan menggantikan uang anda lebih dari nilai yang anda pakai untuk membeli dagangan mereka :)
Blue Fire! |
Penambang sulfur yang sehari-harinya membawa kurang lebih 80-100kg dalam sekali angkut! |
Salam !!
Traveler.
0 komentar:
Posting Komentar